![]() |
Rusia pastikan gunakan senjata nuklir jika diinvasi oleh militer Barat. (Sputniknews) |
Pemerintah Rusia kembali menegaskan posisinya terkait penggunaan senjata nuklir, menyatakan bahwa opsi tersebut tetap terbuka apabila wilayah nasional atau sekutu seperti Belarusia menjadi sasaran invasi oleh pasukan negara-negara Barat.
Pernyataan ini disampaikan oleh Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Sergey Shoigu, merujuk pada pembaruan kebijakan nuklir negara tersebut yang disahkan tahun lalu.
Dalam wawancaranya dengan kantor berita TASS pada Kamis (24/4/2025), Shoigu menyampaikan bahwa Moskow tengah memantau secara cermat aktivitas militer Uni Eropa di tengah meningkatnya wacana pengerahan pasukan ke Ukraina dan rencana militarisasi blok Eropa.
Shoigu menegaskan bahwa senjata nuklir dapat dikerahkan bukan hanya dalam situasi serangan nuklir, tetapi juga sebagai respons terhadap serangan konvensional, apabila dianggap sebagai ancaman serius terhadap keamanan nasional.
Ia juga mengkritisi langkah beberapa negara Barat seperti Prancis dan Inggris yang mempertimbangkan mengirim pasukan ke Ukraina, menyebut kehadiran militer asing di sana akan dianggap sebagai ancaman langsung dan sah untuk ditargetkan oleh Rusia.
Dalam pernyataan yang mencerminkan kekhawatiran terhadap potensi eskalasi, Shoigu memperingatkan bahwa intervensi militer semacam itu dapat memicu bentrokan langsung antara Rusia dan NATO — skenario yang dapat mengarah pada konflik berskala besar, termasuk kemungkinan konfrontasi nuklir.
Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya juga telah memperluas parameter yang memungkinkan dilakukannya serangan nuklir. Salah satu klausul baru dalam doktrin tersebut menyebutkan bahwa serangan oleh negara non-nuklir yang didukung negara pemilik senjata nuklir bisa dianggap sebagai bentuk agresi gabungan.
Di sisi lain, meskipun proses negosiasi damai terkait perang Ukraina sedang berlangsung — dengan mediasi Presiden AS Donald Trump — Uni Eropa tetap berkomitmen untuk mendukung Kyiv melalui bantuan militer.
Bahkan, blok tersebut telah meluncurkan inisiatif "Rencana Persenjataan Kembali Eropa" dengan anggaran mencapai €800 miliar, sebagai bagian dari langkah strategis memperkuat kemampuan pertahanannya.